JENIS – JENIS BELAJAR - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Kamis, 04 Februari 2016

JENIS – JENIS BELAJAR

Kumpulan MateriJenis – jenis belajar bisa dikelompokkan berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar belajar, cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, teknik atau metode belajar, dan sebagainya. Perkembangan atas pengelompokkan jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam – macam.

Dilihat dari tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar, para ahli umumnya mengemukakan delapan jenis belajar berikut (Saodih & Surya, 1971; Syah 1995; Effendi & Praja, 1993).

1. Belajar Abstrak (Abstract Learning)

Belajar abstrak pada dasarnya adalah belajar dengan menggunakan cara – cara berpikir abstrak. Tujuannya ialah memperoleh pemahaman serta pemecahan yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal – hal yang abstrak peranan akal atau rasio sangatlah penting. Begitu pula penguasaan ata prinsip – prinsip dan konsep – konsep. Termasuk dalam jenis ini, misalnya, belajar tauhid, astronomi, kosmografi, kimia, dan amtematika.

2. Belajar Keterampilan (Skill Learning)

Belajar keterampilan merupakan proses belajar yang bertujuan memperoleh keterampilan tertentu dengan menggunakan gerakan – gerakan motorik. Dalam belajar jenis ini, proses pelatihan yang intensif dan teratur sangat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini, misalkan belajar cabang – cabang olah raga, melukis, memperbaiki benda – benda elektronik. Bentuk belajar keterampilan ini disebut juga latihan atau training.

3. Belajar Sosial (Social Learning)

Belajar sosial adalah belajar yang bertujuan memperoleh keterampilan dan pemahaman terhadap masalah – masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai – nilai sosial dan sebagainya. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar memahami masalah keluarga, masalah penyelesaian konflik antaretnis atau antarkelompok, dan masalah – masalah lain yang bersifat sosial.

4. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan memecahkan berbagai masalah secara logis dan rasional. Tujuannya ialah memperoleh kemampuan atau kecakapan kognitif guna memecahkan masalah secara tuntas. Untuk itu, kemampuan individu dalam menguasai berbagai konsep, prinsip, serta generalisasi, amat diperlukan.

5. Belajar Rasional (Rational Learning)

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya ialah memperoleh beragam kecakapan menggunakan prinsip – prinsip dan konsep – konsep. Jenis belajar ini berkaitan erat dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, individu diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akan sehat, logis, dan sistematis.

6. Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan baru untuk perbaikan kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, keteladanan, serta pengalaman khusus, juga menggunakan hokum dan ganjaran. Tujuannya agar individu memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan lebih positif, dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu atau bersifat kontekstual.

7. Belajar Apresiasi (Appreciation Learning)

Belajar apresiasi pada dasarnya adalah belajar mempertimbangkan nilai atau arti penting suatu objek. Tujuannya agar individu memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective skills), dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat, arti penting objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi music, dan apresiasi seni lukis.

Dalam mengapresiasi mutu karya sastra, misalnya, seorang individu perlu mengetahui “hakikat keindahan” (estetika) di samping mengetahui hal – hal lain, seperti bentuk ungkapan, isi ungkapan, bahasa ungkapan, dan nilai ekspresinya.


Bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan apresiasi individu. Misalnya dalam hal seni baca tulis Al – Quran.

8. Belajar Pengetahuan (Study)

Belajar pengetahuan dimaksudkan sebagai belajar untuk memperoleh sejumlah pemahaman, pengertian, informasi, dan sebagainya. Belajar pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi atau penelitian dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar individu memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu, yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat – alat laboratorium dan penelitian lapangan.

Berdasarkan cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, Nasution M. A., seperti dikutip Effendi & Praja (1993), menyebutkan lima jenis belajar berikut:

1. Belajar Berdasarkan Pengamatan (Sensory Type of Learning)

Jenis belajar ini adalah belajar berdasarkan pengamatan sensoris terhadap objek – objek dunia sekitar dengan berbagai alat indra untuk melihat, mendegar, meraba, mengecap, dan sebagainya. Contoh, berkat pengamatan, seorang anak mula – mula mengenal ibunya, kemudian anggota keluarga lainnya, alat – alat rumah tangga, dan sebagainya. Demikian pula belajar taraf tinggi, tidak terlepas dari faktor pengamatan, sekalipun sering juga dibantu dengan alat – alat, seperti mikroskop untuk melihat bakteri, teleskop, dan sebagainya.

2. Belajar Berdasarkan Gerak (Motor Type of Learning)

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar motoris.

  • Mengetahui tujuan dengan jelas dan yakin terhadap faedah tujuan itu baginya.
  • Mempunyai tanggapan yang jelas tentang kecakapan yang dipelajari. Tanggapan itu diperoleh melalui demonstrasi, gambaran – gambaran, atau penjelasan lisan.
  • Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan, sebab kesalahan yang dilakukan pada taraf permulaan belajar akan mengurangi efisiensi belajar selanjutnya “It is Necessary to tress accuracy and speed later”.
  • Latihan untuk mempertinggi kecepatan.
  • Metode keseluruhan atau bagian.
  • Dalam belajar motoris pada umumnya metode keseluruhan lebih efisiensi daripada metode bagian. Misalnya belajar menulis kata – kata atau kalimat, lebih baik ketimbang belajar menulis huruf.
  • Latihan seperti dalam situasi hidup/dalam situasi sebenarnya.
  • Latihan (Belajar motoris) lebih efektif bila perhatian tidak terlampai dipusatkan pada gerakan itu sendiri. Misalnya belajar mobil, perhatian ditujukan pada keadaan lalu lintas atau situasi jalan, tidak pada gerakan kaki atau tangan.
  • Tidak banyak kritik, terutama pada proses belajar permulaan.
  • Analisis kecakapan. Si pelajar harus mengetahui bentuk dan teknik pelaksanaan yang sempurna, mengenai detail gerakan yang relative cepat.
  • Bentuk dan teknik. Untuk tiap kecakapan diperlukan bentuk dan teknik tertentu untuk melaksanakan latihan dengan efisien, dengan tidak memboroskan tenaga.

3. Belajar Berdasarkan Menghafal (Memory Type of Leaning)

Beberapa petunjuk tentang menghafal adalah berikut ini.

  • Apa saja yang dihafalkan terlebih dahulu harus dipahami/dimengerti benar – benar.
  • Hal yang dihafal harus jelas kaitannya antara satu masalah dan masalah lainnya, sehingga merupakan suatu kerangka keseluruhan.
  • Menggunakan hal – hal yang dihafal secara fungsional dalam situasi tertentu.
  • Menggunakan memo teknik. Misalnya: Repelita.
  • Mengulangi hafalan (Aktive recall dan review).

4. Belajar Berdasarkan Pemecahan Masalah (Problem Solving Type of Learning)

Langkah – Langkah dalam problem solving, antara lain:

  • Memahami masalah atau problema
  • Mengumpulkan keterampilan atau data
  • Merumuskan hipotesis
  • Menilai/mengkaji hipotesis
  • Mengadakan eksperimen atau percobaan
  • Membentuk kesimpilan

Metode probem solving dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah/pelajaran, misalnya sejarah, biologi, ilmu alam, bahasa, ilmu pasti, dan sebagainya.

5. Belajar Berdasarkan Emosi (Emotional Type of Leaning)

Belajar berdasarkan emosi bertujuan menanamkan aspek – aspek kepribadian, misalnya, ketekunan, ketelitian, kebersihan, sikap yang sehat terhadap pekerjaan, minat yang luas, dan sebagainya. Jadi, belajar tidak semata – mata dititikberatkan pada “How to make a living”, tetapi juga “how to live”.



Sumber: PSIKOLOGI UMUM. Drs. Alex Sobur, M. Si. (Hal 240 – 244)

1 komentar:

  1. Kira kira masalah dalam belajar itu apa yach,,,
    termasuk klau cara belajarnya sistem menghafal ?

    BalasHapus

Popular Posts

 
Toggle Footer