PRINSIP PELAKSANAAN TERAPI PERILAKU - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Senin, 16 April 2018

PRINSIP PELAKSANAAN TERAPI PERILAKU

Kumpulan MateriUpaya untuk mencapai kebersihan terapi perilaku, membutuhkan banyak waktu, tenaga, usaha, dan biaya. Prinsip awalnya, pertama adalah meningkatkan kemampuan reseptif atau kognitif (pemahaman) anak autis. Dimulai dengan jumlah latihan yang sedikit untuk beberapa minggu pertama. Cara ini akan membantu Anda menjadi terapil pada metode pengajaran dan membantu anak terbiasa pada kegiatan terstruktur. 

Secara umum, program awal meliputi program kesiapan belajar (misalnya berespon terhadap nama), program bahasa reseptif (misalnya mengikuti perintah satu tahap), program meniru (misalnya meniru gerakan motorik kasar), program bahasa ekspresif (misalnya menunjuk benda-benda yang diinginkan), dan tugas menyamakan (misalnya menyamakan benda-benda yang identik). Ketika anak mengalami kemajuan, tambahkan program baru. 

Ajarkan secara bertahap keterampilan seperti anak lain pada umumnya, misalnya menirukan gerakan motorik kasar. Tahap ini bukan sekedar mengajarkan anak agar dapat meniru berbagai macam gerakan, terapi agar anak lebih mengerti “konsep tiru”. Setelah anak mengerti konsep tiru barulah diperluas ke bidang lain, misalnya instruksi menirukan huruf (a, I, u, e, dan o) atau huruf mati, suku kata (ba, bi, bu,pa, pi dan pu), kemudian kata-kata (ibu, bapak, dan adik), dan kalimat-kalimat dan aktivitas lain, seperti menceritakan kembali dan berbalas informasi. Selain itu, konssep tiru sangat berguna untuk meningkatkan keterampilan anak dalam meniru lingkungan seperti anak-anak lainnya. 

Langkah awal untuk memutuskan apa yang harus diajarkan adalah mengumpulkan informasi mengenai anak. Setelah itu, identifikasi 15-20 kegiatan yang dituju selama 3-6 bulan berikut. Jumlah total dibatasi sehingga setiap perintah uji-coba diulang-ulang. 

Mulailah dengan memberikan 3-5 kegiatan yang telah dikumpulkan. Selanjutnya, scara bertahap tambahkan kegiatan lainnya ketika anak dapat menerima jam belajar lebih panjang atau sering. Bidang ketermpilan yang utama yaitu kesiapan belajar, perkembangan bahasa dan kognitif (pemahaman), keterampilan motorik kasar dan halus, bermain, sosialisasi, perilaku adaptif, dan bantu diri. Sebaliknya, aktivitas instruksi awal melibatkan anak mampu melaksanakannya. 

Kurikulum sebaliknya bergerak linear, dari kesiapan belajar, misalnya menyelesaian diri dengan pengajar, mengikuti perintah, tetapi duduk di kursi, dan meniru gerakan motorik kasar, sampai pada pengembangan dini keterampilan bahasa dan kognitif. Kurikulum juga ditujukan pada bidang-bidang yang menghalangi kemampuan anak belajar. Latihan ditujukan pada semua bidang keterampilan, dengan dsisipi hal-hal lain, misalnya latihan perbendaharaan kata yang bisa digabungkan dengan kurikulum bermain, 

Umumnya, hari pertama latihan, anak akan melawan dengan mencoba meninggalkan ruangan, menangis, mengamuk, dan mungkin menunjukkan agresivitas, bahkan melukai diri. Anda dapat mencegah atau meminiumkannya dengan mengikuti beberapa petunjuk sederhana berikut. 

· Buatlah jam belajar yang menyenangkan dan pertahankan. Berikan pujian yang konstan untuk tetap tinggal di kursi dan selingi dengan bermain. Mulailah dengan jam belajar yang sangat singkat (5-10 menit), dan istirahat dengan waktu sama panjang. Awalnya, selama istirahat biarkan anak mengerjakan apa saja yang mereka inginkan. Namun, nantinya waktu istirahat ini pun menjadi bagian latihan dengan sejumlah instruksi. 

· Pilih kamar yang sunyi untuk instruksi yang bebas dari gangguan (pengalihan perhatian). Sediakan tiga kursi ukuran anak (untuk anak, guru, dan asisten), sebuah meja untuk bahan-bahan instruksi dan imbalan. Jaga bahan-bahan di luar jangkauan anak. Siapkan rencana belajar yang berhubungan dengan tugas yang diajarkan dan lembar penilaian untuk memonitor kemajuan. Masukan berkas-berkas dalam map khusus dengan pembatas berlabel untuk setiap bidang program, misalnya bahasa, bantu diri, dan kesiapan belajar. 

· Tekanan keterampilan, seperti tetap di kursi dan mengikuti perintah sederhana. Hindarkan tugas yang melibatkan bahan-bahan yang mudah patah, dilempar, atau digunakan secara tidak sesuai. 

· Hindarkan menggunakan bahan atau imbalan yang sukar diberikan dan diambil lagi. Benda-benda yang sering anak mainkan mungkin cocok sebagai imbalannya. Namun, anak bisa berespon dramatis jika benda tersebut dipindahkan atau “dikuasai” Anda. Jika imbalan yang dipilih mengganggu latihan dibanding memotivasi anak merespon, singkirkan benda tersebut, paling tidak selama jam perlajaran. 

· Mulailah setiap waktu belajar dengan meletakkan dua kursi berhadap-hadapan, untuk anak dan terapis. Duduklah rapat-rapat dengan tungkai anak berada di tungkai Anda. Perlu juga merangkum tungkai Anda pada kursi anak untuk mencegahnya lari. Anak perlu sering diberikan pujian untuk hanya duduk di kursi, membuat kontak mata, dan mengikuti perintah. Jika anak berusaha meninggalkan kursi, secara fisik, prompt anak kembali. 

· Pindahkan meja lebih dekat kursi ketika anak mulai lebih patuh. Akhirnya, anak dan Anda akan duduk bersebrangan di sisi meja. Mulailah memperkenalkan bahan-bahan tambahan. Tambahan isi dari kurikulum latihan. 

· Pada terapi ini semua anak pasti melakukan amukan (tantrum). Jangan sampai menghentikan aktivitas belajar sehingga anak memperoleh gagasan mengamuk. Jika terjadi, amukan berikutnya akan lebih lama karena amukan pertama mendapatkan imbalan atau dituruti. Pesan yang harus diterima anak adalah jika anak patuh, hal-hal yang baik tidak terjadi dan aktivitas belajar tidak berakhir. Uji coba harus berakhir. Uji coba harus berakhir dengan positif, artinya bagaimana pun amukan anak, aktivitas belajar dapat dihentikan jika anak menyelesaian dengan baik uji coba meskipun hanya mengerjakan sesuatu yang sangat mudah, seperti memasukkan balok ke keranjang, dengan atau tanpa prompt. Anda perlu membangun peningkatan perilaku kepatuhan. Kepatuhan dapat dikatakan berhasil jika anak telah mematuhi 60-85% waktu. Jika kepatuhan didukung oleh sikap terapis yang menyenangkan dan imbalan yang positif lainnya maka kepatuhan anak selalu meningkat. 

· Pada awalnya, anak autis bisa sangat sukar menerima pelajaran. Biasanya, dengan melakukan perlawanan terhadap instruksi. Ketika anak didudukkan maka anak akan menangis, mencoba berdiri, dan secara fisik melawan prompt fisik yang menahan anak untuk tetap duduk. Hal ini terlihat jelas pada menit-menit pertama terapi. Atasi masalah ini dengan cara multidimensinal. 

  • Pilihlah benda-benda sebagai imbalan yang diinginkan anak. 
  • Buatlah waktu belajar yang singkat dan tambahkan ketika anak lebih toleran. 
  • Berikan imbalan jika anak tetap mau duduk. 
Caranya, bimbing anak ke bangku, duduklah, beri imbalan, lalu biarkan anak bangkit kembali. Secara bertahap, lamanya waktu anak tetap duduk sebelum bangkit ditingkatkan. Jika dia mulai mengamuk saat di kursi, acuhkan sampai anak tenang. Selanjutnya, berian tugas-tugas sederhana secara bertahap. Pada awalnya, akan terjadi amukan panjang dan sangat sukar. Selanjutnya, amukkannya mulai lebih pendek. Hal ini membuat anak belajar bahwa menangis dan perilaku bermaalah lainnya tidak lagi berguna untuk melepaskannya dari tuntutan jam pelajaran. Masalah perilaku menetap pada situasi lain mungkin memerlukan strategi intervensi yang lebih kompleks. 








Sumber: Danuatmaja B. (2003). Terapi anak autis di rumah. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi.(29-33)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer