KELOMPOK BERMAIN SEBAGAI AGEN SOSIALISASI GENDER - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Sabtu, 21 Oktober 2017

KELOMPOK BERMAIN SEBAGAI AGEN SOSIALISASI GENDER

Kumpulan MateriSebagaimana telah kita lihat dalam bab 3, kelompok bermain merupakan agen sosialisasi yang telah sejak dini membentuk perilaku dan sikap kanak-kanak. Di bidang sosialisasi gender pun, kelompok bermain menjalankan peran cukup besar. Dijumpainya segregasi menurut jenis kelamin-anak perempuan bermain dengan anak perempuan, dan anak laki-laki bermain dengan anak laki-laki-merupakan suatu kebiasaan yang cenderung memperkuat identitas gender. Pola segregasi menurut seks yang bermula di usia prasekolah ini cenderung bertahan dikala anak-anak memasuki sekolah, dan bahkan sering dapat berlanjut sampai jenjang pendidikan tinggi.

Di kala berada dalam kelompok bermain laki-laki seorang anak laki-laki cenderung memainkan jenis permainan yang lebih menekankan pada segi persaingan, kekuatan fisik dan keberanian sedangkan dalam kelompok bermain perempuan anak perempuan cenderung memainkan permainan yang lebih menekankan pada segi kera sama. Setelah anak-anak berusia remaja dan mulai memperhatikan lawan jenis, mereka pun mulai belajar berbagai teknik untuk menghadapi lawan jenis mereka. Remaja laki-laki belajar dari teman-temannya bahwa laki-laki harus senantiasa berani dan agresif terhadap perempuan serta mampu menerapkan berbagai cara untuk dapat “merebut” dan “menaklukkan” mereka. Anak perempuan, di pihak lain, dididik oleh sesamanya bahwa perempuan harus cenderung pasif, bertahan, mampu mempertahankan kehormatannya seraya mempertahankan haknya untuk memilih siapa di antara para pria yang mendekatinya pantas mendapatkan perhatiannya.

Sebagai agen sosiaslisasi, kelompok bermain pun menerapkan kontrol sosial bagi anggota yang tidak menaati ataurannya. Seorang anak laki-laki yang memilih untuk bermain dengan mainan anak perempuan dan berkumpul dengan mereka, misalnya, cenderung dicap”sissy” atau “banci” dan menghadapi resiko dikucilkan. Hal serupa dihadapi anak perempuan yang berorientasi pada permainan anak laki-laki dan bermain dengan mereka, yang dapat dicap sebagai “tomboy.”







Sumber : Sunarto K. (2004) Pengantar sosiologi. (Rev. ed.). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (112)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer