MENYEIMBANGKAN PRAKTIK DAN SAINS: MODEL ILMUWAN-PRAKTISI (BOULDER) - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Jumat, 15 September 2017

MENYEIMBANGKAN PRAKTIK DAN SAINS: MODEL ILMUWAN-PRAKTISI (BOULDER)

Kumpulan MateriPada 1949, konferensi pertama tentang pelatihan pascasarjana di bidang psikologi klinis dilaksanakan di Boulder, Colorado. Dalam konferensi ini, direktur pelatihan dari seluruh Negara mencapai sebuah konsensus penting: Pelatihan di bidang psikologi klinis seharusnya menekankan praktik dan penelitian secara bersamaan. Dengan kata lain, untuk menjadi seorang psikolog klinis, mahasiswa pascasarjana perlu menerima pelatihan dan memperlihatkan kompetensi dibidang aplikasi metode=metode penelitian yang dibutuhkan untuk meneliti dan mengevaluasi bidang ini secara ilmiah (Klonoff, 2011). Mereka yang mengikuti konferensi juga sepakat bahwa kuliah seharusnya merefleksikan penekanan ganda, baik mata kuliah di bidang statistic dan metode penelitian maupun mata kuliah di bidang psikoterapi dan penilaian. Serupa dengan itu ekspektasi untuk aspek-aspek yang lebih mandiri dari pelatihan pascasarjana juga akan merefleksikan penekanan ganda: Mahasiswa pascasarjana akan melaksanakan (dibawah pengawasan) pekerjaan klinis maupun penelitian empirisnya sendiri (tesis dan disertasi). Program=program pascasarjana akan terus bertempat di fakultasi/jurusan psikologi di universitas, dan lulusannya akan diberi gelar PhD. Istilah model ilmuwan-praktisi digunakan untuk melabelkan pendekatan cabang-dua dalam penelitian ini (McFall, 2006; Norcross & Sayette, 2012).

Selama berpuluh-puluh tahun, pendekatan ilmuwan=praktisi=atau model Boulder=pada pelatihan psikologi klinis jelas mendominasi bidang ini (Klonoff, 2011). Faktanya, lebih banyak program yang masih mengikuti model Boulder dibaningkan model yang lainnya. Namun demikian, seiring waktu, berbagai perkembangan telah terjadi, dan menghasilkan beragam pilihan di dalam pelatihan psikologi klinis. Pendulum tiak selalu stasioner di titik tengah, di antara praktik dan penelitian; sebaliknya, secara ekstrem ia berayun ke salah satu arah dan setelah itu berayun ke arah yang lain.









Sumber: Pomerantz, A. M. (2014). Psikologi klinis: Ilmu pengetahuan, praktik dan budaya (3rd ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Hal 7)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer