TEORI KOGNITIF - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Senin, 19 Maret 2012

TEORI KOGNITIF

15.38
Psikologi kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai proses internal mental manusia. Menurut para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterapkan tanpa melibatkan proses mentalnya, seperti motivasi, keyakinan, dan sebagainya.


Pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behaviorisme. Akan tetapi, ini tidak berarti, psikologi kognitif menolak secara radikal terhadap aliran behaviorisme. Para ahli psikologi kognitif menyatakan bahwa pandangan aliran behaviorisme tidak tepat dan sempurna dikatakan sebagai sebuah teori psikologi. Sebab, mereka tidak memerhatikan proses kejiwaan yang berdimensi psikis seperti berfikir, membuat pertimbangan, dan mengambil keputusan. Selain itu, aliran behaviorisme juga tidak tahu urusan rasa.


Psikologi kognitif menyebutkan bahwa belajar adalah perstiwa mental, bukan peristiwa perilaku fisik meskipun hal-hal yang bersifat behavioral kadang-kadang tampak kasat mata dalam setiap peristiwa belajar manusia, seseorang yang sedang belajar membaca dan menulis, tentu mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, menggerakkan mulut dan menggerakkan pena yang dilakukan bukan sekedar respons dan stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Barlow (1985), sambil mengutip pandangan Peaget, menyebutkan bahwa seorang anak memiliki kabutuhan yang melekat dalam dirinya sendiri untuk belajar.


Kehadiran aliraan belajar psikologi kognitif, tampaknya, menjadi pengikis aliran behaviorisme yang selalu menekankanpada aspek perilaku lahir. Teori-teori yang dikemukakan oleh aliran behaviorisme kurang memuaskan para psikolog yang jelas-jelas memproklamasikan diri sebagai orang yang tidak puas dengan behaviorime.


Aliran behaviorime menyakini seratus persen bahwa setiap manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan, dan warisan genetik lainnya. Kecakapan, kecerdasan. Dan perasaan baru timbul setelah manusia melakukan kontak dengan dunia sekitar, terutama dunia pendidikan. Seorang manusia bisa pintar, terampil, dan berperasaan hanya sekali terhadap peranan refleks, yaitu reaksi fisik yang dianggap tidak memerlukan kesadaran mental, adalah sekadar kegiatan refleks, reaksi manusia atas rangsangan-rangsangan yang ada. Refleks-refleks ini, jika dibiasakan yang dikuasai manusia. Dengan demikian, proses belajar seseorang, menurut kaum behavioris, adalah proses melatih refleks-refleksnya sehingga menjadi kebiasaan. Pandangan inilah yang ditolak keras oleh aliran psikologi kognitif.



Sumber: Buku Psikologi Pendidikan Dr.H.Mahmud, M.Si., pengantar: Prof. Pupuh Fatturahman

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer